Tanpa menerima uluran tangannya, mengabaikan sopan santun, aku justru bertanya. "Berapa harga lukisan ini?"
"Oh, yang ini tidak dijual," sahutnya seraya menarik tangan tanpa ada perasaan canggung, kemudian menyimpan jari-jemari di saku celana.
Sementara aku kembali memandang ke arah lukisan. Sebuah danau yang indah, dengan dua insan berada di atas perahu berwarna cokelat. Tak perlu pembuktian untuk tahu, apakah ini lukisan yang sama atau bukan.
Baca Juga: contoh cerpen singkat
Sebab, di sudut bawah kiri lukisan, terdapat simbol kecil yang dulu pernah aku buat. Simbol senyum yang terdiri dari dua buah titik dan garis melengkung. Sebenarnya, tidak ada yang spesial dengan itu. Aku sengaja menggambarnya karena sifat jahilku.
Dulu, aku mengira mungkin dia akan menghapusnya karena aku yakin coretan itu akan merusak hasil akhir lukisan. Tapi dia membiarkan kejahilanku menetap di sana. Bersama tawa yang pernah kita ciptakan berdua. Sumber: Artikel Refrensi.
"Oh, yang ini tidak dijual," sahutnya seraya menarik tangan tanpa ada perasaan canggung, kemudian menyimpan jari-jemari di saku celana.
Sementara aku kembali memandang ke arah lukisan. Sebuah danau yang indah, dengan dua insan berada di atas perahu berwarna cokelat. Tak perlu pembuktian untuk tahu, apakah ini lukisan yang sama atau bukan.
Baca Juga: contoh cerpen singkat
Sebab, di sudut bawah kiri lukisan, terdapat simbol kecil yang dulu pernah aku buat. Simbol senyum yang terdiri dari dua buah titik dan garis melengkung. Sebenarnya, tidak ada yang spesial dengan itu. Aku sengaja menggambarnya karena sifat jahilku.
Dulu, aku mengira mungkin dia akan menghapusnya karena aku yakin coretan itu akan merusak hasil akhir lukisan. Tapi dia membiarkan kejahilanku menetap di sana. Bersama tawa yang pernah kita ciptakan berdua. Sumber: Artikel Refrensi.
Komentar
Posting Komentar